Diberdayakan oleh Blogger.

PANTUN KRITIK SOSIAL

Paling licin itu sih belut
Tinggal di lumpur dan rawa-rawa
Banyak pejabat menjadi badut
Karena kelakuannya bikin ketawa
  1. TUPAI
Sepandai-pandai tupai melompat
Sekali waktu gagal juga
Selihai-lihai dictator menipu rakyat
Pada akhirnya terjungkal juga
  1. TOKEK
Di bubungan atap bersembunyi tokek
Berbunyi nyaring di malam hari
Waktu sekolah gemar mencontek
Jadi pemimpin suka korupsi
  1. KAMPRET
Pemakan buah namanya kampret
Memburu risky berkawan-kawan
Datang rapat pakai jam karet
Banyak terjadi,ditiru jangan
  1. TIKUS
Dilumbung padi  banyak tikus
Tikus diburu meloncat-loncat
Sudah revormasi,KKN jalan terus
Tandanya kita jalan di tempat

PANTUN MORALITAS

1.      Inner beauty
Yang warnanya putih bunga melati
Warna orange bunga flamboyan
Inner beauty kecantikan hati
Pesona sejati setiap insane
2.      In The Mood
Ada gula ada semut
Bumga bermekaran lebah menyerbu
Dalam berkarya butuh in the mood
Supaya tercipta seni bermutu
3.      CAPER
Kuper itu kurang pergaulan
Cari  perhatian disebut caper
Orang yang shalih bersikap menyejukkan
Para penjahat berwajah angker
4.      NGOCOL
Ngerocos bicara namanya ngocol
Suka menegur disebut nyinyir
Kiat menghindari bodoh dan tolol
Mengolah rasa mengasah piker
5.      PUISI
Puisi itu karya empu yang berisi
Kalimat verbal aktif dan pasif
Egaliter sikap terpuji
Deskriminatif tindakan naïf

PANTUN RELIGIUS

1.      Terindah
Aneka kembang menghias taman
Bunga padma berwarna merah
Jagad raya ini penuh perhiasan
Hiasan terindah wanita solehah
2.      Cantik
Di laut lepas ombak berkejaran
Lama tak hujan panaspun terik
Tandanya bahwa orang itu beriman
Perilakunya baik,akhlaqnya cantik
3.      Lupus
Serial lupus Hilman Hariwijaya
Kisah popular untuk hiburan
Berhati tulus berakhlaq mulia
Wujud nyata kuatnya iman
4.      Ustad Gaul
Ustad nan gaul Jefry AL-bukhori
Memberi ceramah pemakai acting
Jagalah hati janganlah nodai
                 Taat pada  Allah,pantang berpaling
5.      kambing
Bukan kambing sembarang kambing
Kambing hitam kakinya dua
Walau hidup terbanting-banting
Iman di dada janganlah sirna